Diary Ditsaa

Cerpen edisi kehilangan yang aku buat berdasarkan apa yang pernah aku alami. :"
senja merekah indah, enak untuk dipandang mata. Namun kali ini suasana sedikit berbeda. senjaku yang indah telah terundung duka.
merekah penuh marah sang mega merah, yang harusnya indah kini hanya sebetas hiasan tak bermakna. aku memojok dan merenung. sebenarnya ada apa ini?. senja indah mengapa jadi senja penuh kelabu. aku hanya berharap ini hanya mimpi malam yang lalu saja. ya hanya berharap.
harapan yang tak akan mungkin menjadi kenyataan, ini bukanlah mimpi melainkan kenyataan. kenyataan yang harus diadapi.

pukul setengah 6 pas disaat sang adzan berkumandang, beliau datang. dia tak datang dengan tangan yang sehat, tubuh yang merona, kaki yang tegak menantang segala problema kehidupan. tapi dia datang dengan mata terpejam. tertidur dengan lelap berselimut kain hijau bertuliskan sebuah tulisan arab yang aku tak tahu artinya. kesan pertama yang ada di benakku adalah. DIA BUKAN KAKEKKU !. iya dia bukan kakekku. kakek masih hidup, aku tahu kakek masih hidup dan masih di surabaya.
tapi saat mata ini mulai tertuju pada mata yang selalu menatapku dengan penuh kasih sayang dan penuh kedamaian saat aku mulai menyelaminya. dan benar adanya, beliau adalah seseorang yang selalu mengingatkanku akan arti penting dari sholat, dzikir, dan sabar. dia kakekku.
menangis aku melihatnya, air mata tak kunjung mereda. aku pun berlari menuju kamar mandi. membasuh muka dan berniat untuk ber-wudhu dan aku ingin melaksanakan sholat maghrib saat ini juga.
setelah aku dibalut dengan air yang suci, aku pun segera berlari ke arah kamar. dan memulai memakaikan tubuhku dengan mukena. ya aku hendak sholat.
3 rakaat telah ku jalani, tiba akhirnya di persembahan doa. tetes air mata adalah saksi bisu aku berdoa untuk berharap waktu kan terulang, dan biarkan aku di dalam posisi beliau. aku tak ingin beliau tak ada. aku masih ingin menunjukkan bahwa aku bisa membahagiakannya. tapi, semua terlambat, doaku seakan sia-sia.
tapi saat ku mencoba untuk bisa menerima kenyataan, air mata mengalir lagi. aku tak punya kakek untuk yang kedua kalinya. aku tak bisa menunjukkan aku bisa melukis suatu saat nanti. yah beliau sudah berada di alam yang berbeda.
cuma satu pintaku padamu Tuhan :

" Jaga Beliau Tuhan, beri tempat yang layak disisimu. Ampuni segala dosa yang pernah ia perbuat, sampaikan pula salam rinduku padanya Tuhan. aku merindunya "

Categories:

Leave a Reply